Deeper Underground.

ini pertama kalinya sejak bertahun-tahun lalu bagi saya untuk menjelajahi dunia bawah tanah . seingat saya, saya belum pernah jelajah ke gua. kecuali ke Gua di Salaman, Magelang yang tak jauh dari Mushola tempat Pangeran Diponegoro dulu pernah singgah di kala perang. Saya tak tahu bagaimana kabar goa itu sekarang, mungkin sudah tak ada karena aktivitas penambangan batu kapur disana. Yang kedua adalah saat dharmawisata SD dulu di Gua Jatijajar, Kebumen.

kemudian setelah bertahun-tahun tersebut, pada Februari lalu saya dan kawan-kawan dari InIndonesia berkesempatan menjajal keindahan dunia bawah tanah lagi. Tepatnya di Goa Jomblang dan Kalisuci, Wonosari, Gunung Kidul. Wonosari yang merupakan jajaran karst/pegunungan kapur memang memiliki keelokan tersendiri. Karst di Wonosari ini masuk ke dalam sistem Karst Pegunungan Sewu yang membentang dari Wonosari sampai ke Tulungagung, Jawa Timur. Sistem karst ini memiliki ratusan gua dengan stalaktit dan stalakmit serta aliran sungai bawah tanah.

dari meeting point kami di Jogja, bis membawa kami menuju Wonosari menyusuri jalanan berbukit-bukit dan berkelok-kelok sembari menikmati panorama Jogja  saat bis menggerung merangkak pelan menyusuri jalan menanjak di pegunungan kapur.  Bis akhirnya sampai juga di Gua Jomblang, tepatnya di Jetis Wetan, Semanu, Gunung Kidul. kami segera menuju penginapan yang dipunyai dan dikelola oleh speleolog diver mas Cahyo Alkantana untuk membongkar barang bawaan kami dan beristirahat, karena beberapa jam kemudian kami akan memulai aktivitas tubing.

bersantai di penginapan.

Kalisuci Tubing

siang menjelang sore saat kami menuju Kalisuci untuk Tubing. berbeda dengan Tubing di Sukabumi tahun lalu, tubing kali ini lebih mendebarkan karena menembus aliran sungai bawah tanah. persiapan dilakukan dengan mengenakan vest, helm dan pelindung tulang kering setelah itu mengecek kondisi ban. baru kami menuju sungai, jauhnya kira-kira 500 meter dan kita harus menuruni tebing dulu sambil membawa ban. begitu di sungai kami briefing tentang apa yang harus dilakukan termasuk penjelasan tentang sungai bawah tanah Kalisuci ini. akan ada beberapa gua yang kami lewati dalam tubing ini.

Tebing-tebing karst sudah menyambut sembari kami melaju di arus yang tak begitu deras. sekilas konturnya mirip Green Canyon di Ciamis, di antara tebing-tebing itu menjalar tanaman yang menambah eksotis tubing kami. Sesekali kami harus berhenti menunggu pemandu karena dihadang arus deras.

Begitu memasuki gua pertama saya hanya terpana, berdecak kagum. Mirip sebuah bangunan dengan lobby yang megah itulah gambaran saya di Kalisuci ini. atap gua yang begitu tinggi serta lorong panjang yang gelap berdiri kukuh menantang pengunjung untuk melewatinya. Kali ini pemandu menyalakan cahaya untuk memandu kami sambil melaju pelan mengikuti arus.

Sekitar 1,5 jam saya dibawa menjelajahi sungai bawah tanah ketika saya sampai di titik finish. perjuangan  belum sampai disini, kami masih harus mendaki tebing yang tinggi untuk kembali ke atas, dan disinilah saya sempat terpeleset jatuh. Menjelang maghrib kami semua sudah sampai di atas dan tubing kali ini diakhiri dengan sajian mie rebus dari pengelola tubing.

foto oleh Dinda

Foto oleh Dinda

Jomblang + Luweng Grubug Caving

menu utama trip kali ini adalah caving di Jomblang dan Luweng Grubug. goa ini di masa lalu tersohor sebagai tempat pembuangan mayat mereka yang dibunuh karena dituduh PKI, sebuah periode kelam di republik ini. Sekarang tempat ini menjadi lokasi wisata adventure yang mulai dikunjungi banyak wisatawan.

Persiapan dilakukan pagi-pagi karena banyaknya prosedur yang harus dilakukan untuk menjamin keselamatan selama kita naik dan turun ke Gua tersebut. Prosedur turun dan naik menggunakan metode SRT (Single Rope Technique) yaitu metode untuk menuruni dan kembali naik di Gua Vertikal dengan menggunakan satu lintasan tali sebagai sarananya.Kami masing-masing harus mengenakan harness sebagai peranti keselamatan selama kita turun atau naik ke gua vertikal tersebut.

Harness

Setelah semua peranti keselamatan terpasang maka satu persatu dari kami bersiap menuruni lintasan tali tersebut untuk sampai ke Gua Jomblang. Kedalaman Gua Jomblang secara vertikal adalah 60 meter. dan untuk sampai dasarnya ada 2 lintasan yang bisa dilalui, yaitu lintasan vertikal langsung 60 meter atau turun melalui tangga alami yang ada di sisi tebing lalu turun sampai ke dasar kurang lebih 15 meter.

Dalamnya gua ini bisa membuat berdesir saat mencoba melongoknya, bahkan saya semakin dagdigdug menanti saat turun tiba, tak bisa membayangkan bagaimana kondisi saat turun. saya pasrah dan percaya pada harness dan SRT yang membelit tubuh saya, seperti kata operator “kali ini kita murtad sebentar pada Tuhan, kita pasrahkan hidup kita pada tali yang tergantung ini” sambil tersenyum.

Begitu sampai di dasar gua, saya segera melepas harness dan sistem SRT ini. dasar gua Jomblang ini ditumbuhi berbagai jenis pohon yang rapat dan tinggi serta tanaman menjalar yang akarnya menjuntai di tebing-tebing gua. Di bawah saya beristirahat sejenak sambil menunggu teman-teman dari atas yang akan turun. Bagian dasar Gua Jomblang mirip gundukan raksasa kalau tidak mau dibilang bukit.

setelah menunggu beberapa kawan, dari Gua Jomblang kami menuju Luweng Grubug. itu adalah gua lain yang terletak 500 meter dari Gua Jomblang. untuk menuju kesana kami harus turun dari gundukan di dasar Gua Jomblang tadi lalu melalui tunnel alami penghubung Jomblang dan Luweng Grubug yang jaraknya sekitar 500 meter.

tangga alami yang kami lalui untuk turun licin sekali dan kami harus hati-hati melaluinya. sampai di depan tunnel kami segera masuk. hembusan angin terasa sangat kencang disini dan suasana sangat gelap karena ketiadaan cahaya, segera kami nyalakan senter dan satu per satu berjalan menyusri tunnel menuju Luweng Grubug.

Suara “ngiiiing” mendesir di telinga, karena udara yang masuk ke terowongan sangat kencang dan hawa di dalam sangat dingin. begitulah tipikal gua, jika kondisi diluar hangat maka di dalam gua menjadi sebaliknya dan itulah yang saya rasakan. di bagian terowongan yang maha luas ini terdengar gemericik air, rupanya ada semacam aliran dari mata air bawah tanah dan saya sempatkan untuk mengambil airnya sekedar untuk cuci muka.

setelah kurang lebih 30 menit berjalan merayap di kegelapan akhirnya saya sampai di Luweng Grubug. gua vertikal yang kedalamannya antara 90 – 100 meter di bawah permukaan tanah. sungguh luar biasa pemandangan disini, seperti berada di ruangan berkubah besar dengan dinding tinggi. dan di bawah ada sungai bawah tanah yang berarus deras.

sementara dari atas cahaya menerobos masuk hingga ke dasar gua. dan itulah sebenarnya yang indah dari Luweng Grubug ini. yaitu keindahan Ray Of Light yang menjadi idaman para fotografer. sayangnya saat itu sedang mendung dan hujan sehingga saya tidak mendapatkan Ray Of Light ini, tapi saya mendapatkan pengalaman yang belum tentu didapatkan dua kali, yaitu menembus perut bumi.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s