Apa yang paling penting dalam hidupmu? uang, kejayaan, kekayaan, karir? Maka akan muncul banyak jawaban masing-masing dengan berbagai alasan di baliknya.
Jika anda bertanya saya, apa yang paling penting dalam hidup saya. Maka saya tak akan ragu untuk menjawab “keluarga!”.
Keluarga kami memang tidak sempurna, ketiadaan sosok bapak semenjak saya masih SMP dan adik baru masuk SD membuat kami bertiga menghadapi hidup yang keras, saling menguatkan, saling mengingatkan, saling mengayomi, saling mencintai satu sama lain. Tapi itulah yang membuat keluarga kami kuat dan erat sampai sekarang.
Semenjak SMP itu juga saya berhenti bermimpi, jika ada motivator bilang kejarlah mimpimu maka saya yang nomor satu akan menentang kata-katanya, saya belajar hidup realistis, belajar menjadi seseorang yang membuang keegoisan saya, semua demi keluarga. Belajar menjadi sosok yang keras demi keluarga.
Membuang mimpi-mimpi saya menjadi ahli gambar, membuang mimpi-mimpi saya menjadi seorang penulis, membuang hobi saya naik gunung, membuang kesempatan kuliah di tempat yang saya inginkan, kemudian dengan tangis sedu sedan saya merantau, berpisah jauh dari keluarga demi kuliah gratis untuk meringankan beban keluarga.
Memang apa yang saya capai sekarang bukan keinginan saya, bukan mimpi saya, bukan cita-cita saya. Tapi saya menikmati apa yang saya capai sekarang karena saya bisa membahagiakan keluarga saya. Saya bersyukur ini jalan yang Tuhan tunjukkan untuk saya, demi kebahagiaan keluarga.
Saya hidup bukan untuk diri saya sendiri, saya mendedikasikan hidup untuk keluarga saya. Apalah artinya kebahagiaan pribadi, jika saya tidak mampu membuat ibu dan adik saya tersenyum. Untuk apa itu semua? Saya akan bahagia apabila keluarga saya bahagia, saya berduka jika keluarga saya berduka.
Toh ini soal pilihan hidup. Dan Tuhan memberikan waktu untuk memilih jalan hidup saya di saat saya masih sangat muda, di posisi dimana ada seorang ibu yang dipaksa menjadi bapak untuk anak-anaknya dan mempunyai seorang adik yang bahkan belum cukup waktu digendong bapaknya.
Maka sejak itu pula saya menetapkan hati untuk mendedikasikan hidup untuk keluarga saya, menjalani pilihan hidup seperti sekarang ini.
Jika ada yang bertanya apa nomor satu dalam hidup saya, maka jawaban saya tegas.
Keluarga, Ibu dan Adik Saya.
Tabik.
“I sustain myself with the love of family – Maya Angelou”
mamak sama adeknya manis =D
iya…tapi tampaknya manisnya tidak menurun ke saya. 😀
Bilang ke yang komen Jon, klan Busro memang terkenal cakep-cakep
hahaha… :’)
selalu bangga melihat 1 keluarga yang hebat seperti ini…sungkem untuk Ibu mas 😉
makasih osa..monggo mampir ke rumah. 🙂
Ini baju batiknya kain dari Lasem kemaren ya Chan? Kayaknya kemaren kainnya biru2 gini juga yang kamu beli?
betul.. itu memang beli buat kembaran mas.. 🙂
tergetar, itu yang saya rasakan saat membaca tulisan ini.
makasih mas rio sudah membaca. 🙂
Dan aku sudah melihatnya saat pertama kali ketemu kalian di Lasem 😀
🙂
semangat mas, salam buat keluarganya 🙂
btw, kapan mau berkeluarga *oot 😀
hush!
Sweet :”)
thanks. 🙂
kabeh koco motonan mas,, pinter2 gih,,,,
hayah..opo kowe rul?
hehehe keluarga sakinah mawwadah warohmah ya mas, semoga langgeng sampe akhir hayat
amin..maturnuwun. 🙂