Kedaulatan Rakyat ASEAN

asean_lotus_by_zemzelett-d46upv3

Sesungguhnya bangsa-bangsa di Asean tidak berbeda jauh satu sama lain. Memiliki rumpun bangsa yang sama, bahkan di masa lalu hubungan antara bangsa-bangsa Asean sudah terjalin erat. Walaupun di beberapa kisah di masa lalu juga ada ketegangan, saling serang antar sesama bangsa Asean, sejak jaman kerajaan sampai tahun sekarang. Namun fakta itu tidak menutupi bahwa sejak masa lalu sudah ada upaya persahabatan antar negara di kawasan negara – negara Asean.

Mungkin hubungan baik antara bangsa-bangsa Asean sejak dulu bisa dilihat eratnya Kerajaan Sriwijaya dengan Thailand. Atau juga bisa ditengok diaspora orang – orang Minang di masa lalu yang menyebar jauh sampai ke Malaysia. Di sisi lain dari segi linguistik mungkin Bahasa Melayu dan Indonesia rumpunnya sama. Atau perbendaharaan kata Bahasa Tagalog yang digunakan di Filipina pun sedikit banyak memiliki kesamaan dengan bahasa yang kita pakai sehari-hari, atau jika kita bisa sedikit membaca masa lalu, maka ada kesamaan aksen dan bahasa Thailand dengan bahasa yang digunakan oleh orang – orang di era Sumatra masih dikuasai Sriwijaya.

Penyatuan kawasan Asean sebagai wilayah serumpun sebenarnya sudah dipikirkan oleh orang-orang sejak masa lalu. Hanya saja, dulu lebih banyak bersifat aneksasi daripada hubungan persahabatan antar bangsa. Itulah kisah sedih di masa lalu yang memang merupakan fakta dan sejarah Asean. Harga diri dan kebanggaan sebagai bangsa-bangsa Asean yang serumpun baru timbul setelah memasuk separuh Abad ke 20. Di awal abad ke 20, masing-masing negara masih berjuang untuk berdiri sendiri sebagai bangsa. Dan barulah lepas separuh Abad ke 20, kesadaran tumbuh, kesadaran untuk bersatu diantara bangsa-bangsa Asean.

Mungkin konferensi Asia-Afrika membuka mata bangsa-bangsa di kawasan Asean, bahwasanya sebagai bangsa yang sedang berkembang, sebagai bangsa yang serumpun, sewilayah, ada rasa senasib sepenanggungan, ada rasa persaudaraan satu sama lain. Dan kesadaran sebagai bangsa yang bersaudara, pada akhirnya membuka cakrawala baru tentang hubungan antar bangsa di Asean dan 5 orang pendahulu, 5 bangsa dari 5 negara yang berbeda kemudian memulai sebuah sejarah baru dengan lembar Deklarasi Bangkok. Lahirlah apa yang kita kenal dengan ASEAN,

Kesadaran akan kesamaan rumpun dan kesadaran untuk bersatu ini makin menguat, apalagi setelah kita melihat saudara kita di Benua Biru sana yang kemudian berunifikasi dalam Uni Eropa. Bukan tak mungkin Asean pun bisa, maka setelah bermufakat, penjajakan dari sekian tahun adanya Asean maka impian itu diperkuat, dipertegas pada KTT Asean ke 20 di Kamboja, bahwa pada 2015 nanti negara-negara dan bangsa-bangsa Asean akan bersatu membentuk satu komunitas bersama, Komunitas ASEAN 2015. 

Ya tiga tahun lagi, penyatuan Asean akan terwujud. Bangsa Asean akan terbuka satu sama lain, saling berpegang tangan erat satu sama lain. Ini adalah bukti bahwa rakyat Asean akan berdaulat sendiri. Memiliki kebanggaan sebagai satu Asean. Maka yang harus bersiap adalah masyarakat, karena tentunya pembentukan komunitas bersama ini yang merasakan manfaatnya adalah masyarakat dan seyogyanya masyarakat juga harus bersiap menyongsongnya.

Tapi, jika melihat kondisi sekarang, tampaknya jalan seolah masih panjang dan terjal. Beberapa konflik masih terjadi di beberapa daerah, seolah Komunitas ASEAN 2015 itu jauh panggang dari api. Kita masih bersedih dengan Rohingya, belum lagi kita harus turut merasakan gejolak di Pattani, atau keributan di Sabah, atau kita juga masih harus prihatin dengan junta militer di Myanmar. Sementara masyarakat Asean sudah harus bersiap karena 2015 makin dekat. Apa yang harus kita lakukan? Dan apa kita siap?

Langkah pertama yang harus dicapai adalah stabilitas keamanan dan politik, itu mutlak. Hal ini untuk menjamin kondisi pra dan pasca unifikasi Komunitas ASEAN 2015 ini berlangsung dengan lancar. Jaminan stabilitas ini adalah pondasi awal menuju Komunitas ASEAN 2015. Seperti yang dikemukakan oleh Djoko Suyanto, Menkopolhukam sebagaimana dikutip dari Majalah Tempo 12 – 18 Agustus 2013 “Kita menyukai proses demokrasi dimana kebebasan diberikan kepada masyarakat maupun perorangan, tetapi kita juga menyukai bahwa masyarakat mendambakan keamanan dan kenyamanan bekerja”. Itulah kunci awal untuk mencapai Komunitas ASEAN 2015.

Tentunya konflik yang terjadi di beberapa negara tetangga harus segera dimediasi. Dan kita (bangsa Indonesia) boleh berbangga hati, bangsa kita adalah bangsa yang ramah dan dipercaya berulang kali menjadi penengah bagi bangsa lain yang bertikai. Dalam Asean, kita dianggap saudara besar. Karenanya, bangsa Indonesia harus dengan tangan terbuka merangkul saudara-saudaranya yang bertikai dan mewujudkan perdamaian demi kepentingan bersama.

Campaign perdamaian itu bisa dilakukan siapa saja dan melalui media apa saja. Pada tingkat diplomatik tentunya ada lobby-lobby tingkat tinggi, ada upaya diplomasi agar konflik segera usai dan enyah. Masing-masing komponen tentunya punya peran sendiri, seperti misalnya Jusuf Kalla yang mencoba menengahi konflik Rohingya dengan kapasitasnya sebagai Ketua PMI. Jusuf mencoba dialog-dialog kemanusiaan dengan pihak pihak yang bertikai di Rohingya dan mencoba mencari jalan keluar bersama-sama.

Peran lain juga bisa dalam bentuk pembangunan nasional. Dalam tataran ini, pemerintah Indonesia sudah menyiapkan cetak biru pengelolaan energi nasional, sebagai embrio kerjasama energi antar negara. Infrastruktur dibangun untuk menyokong Komunitas ASEAN 2015 ini, dari sisi ekonomi setiap negara akan saling mendukung satu sama lain. Pembangunan infrastruktur berupa pembangunan pipa gas yang nantinya akan terkoneksi dengan Singapura dan Malaysia adalah embrio dari pipanisasi gas di Asean. Membentuk pengelolaan energi mandiri dan berdaulat di wilayah Asean sendiri.

Masih ada banyak hal lain yang sudah dilakukan selain dari 2 kiprah di atas. Pertanyaannya, apa yang seyogyanya kita lakukan? Sebagai masyarakat tentunya jika kita sudah tahu tentang Komunitas ASEAN 2015, hendaknya kita perlu melakukan edukasi kepada masyarakat, formal atau informal. Awareness masyarakat Indonesia masih sangat kurang, dibandingkan dengan Thailand, dimana masyarakatnya sudah melek dengan Komunitas ASEAN 2015. Banyak program yang sudah dibuat, banyak edukasi yang dilakukan pemerintah maupun pro-bono masyarakat Thailand sendiri. Itulah yang harus bisa kita ambil, contoh positif dari tetangga untuk mengedukasi rakyat Indonesia tentang Komunitas ASEAN 2015.

Langkah kecil pun bisa jadi besar, sebagai blogger pun saya bisa berbuat sesuatu untuk tercapainya unifikasi. Blogger – blogger di Asean ternyata sudah bersatu terlebih dahulu dan membentuk wadah bersama, dengan membentuk Komunitas Blogger Asean.  Disitulah permufakatan dijalin untuk mempererat persaudaraan sesama blogger di Asean. Agenda terakhir yang baru saja dilaksanakan adalah reriungan blogger-blogger Asean di Solo dalam sebuah acara bertajuk Asean Blogger Solo Spirit 2013. Konsolidasi ini penting untuk menjadikan blog sebagai media edukasi masyarakat Asean.

Pengembangan Komunitas ASEAN 2015 memang harus dimulai oleh masyarakat, berorientasi untuk kepentingan masyarakat Asean dan demi majunya masyarakat Asean. Masyarakat Asean harus berdikari, mandiri dan maju bersama-sama. Maka sebagai bagian masyarakat tentunya blogger pun harus turut membangun masyarakat, karena maju atau tidaknya Komunitas ASEAN 2015 tergantung bagaimana effort masyarakatnya sendiri.

Kita bisa melihat bahwa usaha kerakyatan sebenarnya sudah tumbuh mengakar di negara masing-masing, tentunya dengan karakteristik khas yang berbeda di tiap negara. Katakanlah Thailand, industri pertaniannya adalah yang terdepan di kawasan Asean. Banyak produk pertanian dan inovasi yang justru dihasilkan petani-petani Thailand, bukan korporasi besar. Rakyat Thailand berdikari dan bangga dengan pertaniannya dan pertanian menjadi pondasi ekonomi kerakyatan yang sukses di Thailand.

Atau kita bisa mencontoh pengembangan Kota Tua Malaka atau Penang yang sudah masuk ke dalam world heritage sites. Disana masyarakat dilibatkan untuk membangun wisata dan menjaga kawasan wisata. Dengan jelas di 2 kota tersebut kita bisa melihat bahwasanya masyarakat benar-benar terlibat dalam pembangunan pariwisata disana. Tidak ada eksploitasi berlebih, namun justru kearifan lokal tetap dijunjung tinggi dan diperkenalkan sebagai warisan wisata lokal yang kemudian mendunia. Hal ini bisa terjadi di negeri jiran karena rakyat Malaysia sudah sadar bahwa wisata adalah aset masyarakat, tentunya masyarakat yang akan menjaganya dan pada akhirnya hal ini akan menguntungkan masyarakat.

Jika usaha-usaha kerakyatan tersebut bisa menjadi pondasi di masing-masing negara, tentunya setelah adanya Komunitas ASEAN 2015 akan ada transfer ilmu dari satu negara ke negara lain. Satu negara bisa belajar ke negara lain, petani Indonesia bisa belajar ke petani Thailand. Masyarakat Laos bisa belajar pengelolaan pariwisata dengan Malaysia dan banyak optimisme positif yang akan terbangun. Atau yang sudah jelas terlaksana adalah kerjasama MoU antara Kota Sawahlunto dengan Melaka untuk mewujudkan pengelolaan pariwisata bersama yang berbasiskan masyarakat. Hal ini bisa terlihat sekarang dimana industri wisata Sawahlunto mulai menggeliat dan masyarakat pun sudah mulai sadar dan terlibat di dalamnya.

Jika masyarakat Asean sudah bersatu, maka bisa dibayangkan basis-basis kerakyatan tersebut seperti sarang laba-laba, saling erat terkait satu sama lain. Masyarakat akan saling mendukung melalui koneksi antar negara, saling menjaga dan menyokong satu sama lain. Dalam hal ini jika mimpi ini akan menjadi masyarakat, maka Asean akan menjadi sebuah region berbasis kerakyatan yang besar. Usaha-usaha kerakyatan akan mempu menopang keberlangsungan ekonomi Asean di masa yang akan datang.

Mau tidak mau karena memang Asean adalah region dimana masyarakat berperan besar dalam pembangunan sebuah negara. Maka masyarakat pulalah yang menjadi pondasi utama. Kita bisa melihat keberagaman Asean bisa menjadi sebuah jalinan untuk saling belajar satu sama lain, demokrasi a la Indonesia akan belajar dengan sosialis a la Vietnam. Syariah Islam a la Brunei akan saling bertukar pikiran dengan Budhisme Thailand. Dengan keberagaman ini, Asean akan tumbuh dengan indah dan bersatu.

Hal diatas boleh jadi mimpi, tapi mimpi boleh menjadi kenyataan. Mimpi besar Asean tinggal mimpi jika bukan kita sendiri yang mewujudkan. Masing-masing lini masyarakat seharusnya sudah merapat untuk memulai mimpi ini. Masyarakat tentunya bisa belajar melalui beberapa agenda yang mungkin bisa disimak untuk menjadi bahan edukasi dan pembelajaran.

Yang terdekat adalah Sosialisasi Komunitas Asean 2015 yang diselenggarakan oleh  Komunitas Blogger Asean chapter Indonesia pada  Sabtu 24 Agustus 2013 di Ruang Carakaloka, Pusdiklat Kementerian Luar Negeri, Jakarta. Sosialisasi yang dilakukan oleh Komunitas Blogger Asean mungkin adalah awal pengenalan bagi penggiat dunia maya. Dalam acara ini akan dijelaskan banyak hal tentang Komunitas ASEAN 2015 dan langkah strategis apa yang bisa dilakukan oleh narablog di dunia maya. Harapannya acara ini bisa memperkuat jaringan dan solidaritas bagi sesama blogger untuk mendukung kerangka unfikasi Asean.

Kemudian selanjutnya pada September nanti akan ada juga acara Asean Unite 2013. Tema acara ini sangat jelas, yaitu  Human Capital as the Key Role Towards ASEAN 2015 Unification.”. Dalam acara tersebut nanti akan dijelaskan bagaimana Sumber Daya Manusia bisa menjadi faktor penting dalam membentuk Komunitas ASEAN 2015. Ada banyak item acara seperti Seminar, Pertunjukan Seni, Konferensi dan malam bersama. Hal ini untuk mengakrabkan diri satu sama lain dan menimbulkan kesadaran bermasyarakat di Asean.

2 acara tadi menunjukkan bahwa masyarakat adalah pondasi penting dalam kerangka konstruksi Komunitas ASEAN 2015. Tanpa masyarakat, Asean tidak akan berkembang. Tapi perkembangan Asean juga harus mendukung perkembangan masyarakat secara global. Elemen masyarakat haruslah diutamakan dan dijadikan landasan untuk unfikasi Asean dan membentuk Kedaulatan Rakyat Asean. Mewujudkan masyarakat Asean yang berdaulat dan berdikari.

Tabik.

Referensi :

Gambar

Pertanian Thailand

Diplomasi Jusuf Kalla

Kerjasama Pengembangan Wisata Sawahlunto Melaka

Majalah Tempo Edisi 17 – 18 Agustus 2013 : Bagian stabilitas politik dan pipanisasi gas.

Postingan ini diikutkan dalam Lomba Blog Asean 2013 yang diadakan oleh  Komunitas Blogger Asean chapter Indonesia.

One thought on “Kedaulatan Rakyat ASEAN

  1. Pingback: Update Peserta Lomba Blog ASEAN | ASEAN Blogger Festival 2013

Leave a comment